Saturday, December 5, 2020

Filsafat Ilmu "Tradisi Keilmuan Islam"

       Selamat datang di blog Nila Ernila, kali ini saya akan memberikan materi mengenai Filsafat llmu Tradisi Keilmuan Islam dalam bentuk pdf, materi ini bisa dijadikan referensi untuk membantu menyelesaikan tugas kuliah atau tugas sekolah, selamat bertugas.

 




BAB 11
TINJAUAN TEORI

A.  Tradisi Keilmuan Islam
      Awal kedatangan islam, masyarakat Arab Jahiliyah masih dalam kondisi buta huruf, masih sangat terbelakang jika dibandingkan dengan masyarakat pengikut Injil, banyak orang Yahudi dan Kristen yang mampu membaca Kitab Injil. Setelah tersebarnya Islam, guru-guru di kuttab adalah Yahudi dan Kristen, Tetapi Islam membawa instrumen pendidikan yang berbudayakan Al-Qur’an dan ajaran-ajaran Nabi untuk pertama kalinya. Pendekatan ini pula yang digunakan Muhammad Saw dalam membangun tradisi keilmuan.[2]

      Kondisi sosio-kultural masyarakat ini jadi perhatian serius Rasul Allah Saw, manakala beliau berhijrah ke Madina. Sejumlah langkah-langka strategis mulai diterapkan. Menurut Yusuf Al-Qardlawi, langkah-langkah tersebut adalah,1) Pembentukan penalaran Ilmiah; 2) Pemberantasan buta huruf; 3) Pembelajaran bahasa asing; 4) Penggunaan metode statistik; 5) Perencanaan; 6) Pengakuan logika eksperimental; 7) Berpegang kepada pendapat pakar dan ilmuwan; 8) Memetik segala yang bermanfaat; 9) Memberantas takhayul dan khurafat; 10) Perhatian terhadap ilmu eksperimental dalam bidang kedokteran (Yusuf Al-Qardlawi: 36-66).[3]

       Menuntut ilmu merupakan sebuah kewajiban agama. Menuntut ilmu sama sekali tidak identik dengan belajar, menuntut ilmu adalah sebuah proses mengacu kepada usaha keras dan sungguh-sungguh guna mencapai tingkat kemampuan profesional.[4]

      Tantangan spekulatif dari peradaban sebelumnya (terutama budaya jahiliyah) dan adanya motivasi Al-Qur’an, bahwa manusia memiliki tanggung jawab moral dan relijius sebagai khilafah di bumi dan alam semesta, membuat generasi pertama islam mulai berspekulasi terhadap beberapa masalah tertentu yang muncul saat itu. Pada masa kenabian, ketika umat islam berhadapan dengan permasalahan-permasalahan tersebut, Nabi Muhammad saw akan menjelaskan dengan bimbingan wahyu. Hal ini merupakan proses berkelanjutan dalam konstruksi islamic worldview.[5]

B.  Kemunculan Tradisi Keilmuan Islam
      Hamid Fahmy Zarkasyi, kelahiran ilmu dalam islam dibagi kedalam empat periode. Pertama, turunnya wahyu dan pandangan hidup islam. Turunnya wahyu pada peridoe Mekah merupakan pembentukan struktur konsep dunia dan akhirat. Turunnya wahyu pada periode Madina merupakan konfigurasi struktur ilmu pengetahuan yang berperan penting dalam menghasilkan kerangka konsep keilmuan (the scientific conceptual scheme), apabila skema konsep keilmuan ini mucul pada suatu masyarakat atau peradaban tersebut, maka hal tersebut dinamakan tradisi keilmuan (scientific tradition). Dapat disimpulkan bahwa islamic scientific conceptual scheme merupakan dasar atau fondasi dari munculnya tradisi keilmuan islam.

     Periode kedua adalah lahirnya kesadaran bahwa wahyu yang turun mengandung struktur ilmu pengetahuan. Periode ketiga adalah lahirnya tradisi keilmuan dalam islamyang ditunjukan dengan adanya komunitas ilmuwan. Periode keempat adalah lahirnya disiplin ilmu-ilmu islam.[6]

C.  Tradisi Keilmuan Islam Era Globalisasi    
      Tradisi Keilmuan Islam Al-quran diturunkan oleh Allah swt. kepada manusia untuk menjadi petunjuk dan menjadi pemisah antara yang hak dan yang batil sesuai dengan firman-Nya dalam Al-Quran (al-Baqarah [2]:185). Al-quran menempatkan ilmu dan ilmuwan dalam kedudukan yang tinggi sejajar dengan orang-orang yang beriman (QS: al-Mujadilah: 11). Banyak nash Al-quran yang menganjurkan manusia untuk menuntut ilmu, bahkan wahyu yang pertama kali turun, adalah ayat yang berkenaan dengan ilmu, yaitu perintah untuk membaca seperti yang terdapat dalam surat al-‘Alaq ayat 1-5. Disamping itu, Al-quran menghargai panca indera dan menetapkan bahwasanya indera tersebut adalah menjadi pintu ilmu pengetahuan. (QS.Al-Nahl: 78).

       Dr. M. Quraish Shihab mengatakan, membahas hubungan Alquran dan ilmu pengetahuan diletakkan pada proporsi yang lebih tepat sesuai dengan kesucian Alquran dan sesuai pula dengan logika ilmu pengetahuan itu sendiri. Tidak perlu melihat apakah di dalam Alquran terdapat ilmu matematika, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu komputer dan ilmu lainnya. Kuntowijoyo mengatakan bahwa Alquran sesungguhnya menyediakan kemungkinan yang sangat besar untuk dijadikan sebagai cara berpikir. Cara berpikir inilah yang dinamakan paradigma Alquran, paradigma Islam.

      Upaya dalam Membangkitkan Tradisi Keilmuan Islam di Era Global
1.    Membangun Tradisi Membaca Tradisi
      Ini merupakan inti dari tradisi Islam, terdapat pada wahyu pertama. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ilmu pengetahuan itu diawali dengan proses membaca, Membaca dalam aneka maknanya adalah syarat pertama dalam pengembangan ilmu dan tekhnologi, serta syarat pertama dalam membangun peradaban. semakin intens dan luas pembacaan umat Islam, semakin tinggi peradaban Islam, begitu sebaliknya. Jadi kebangkitan tradisi keilmuan Islam bisa di dapat kembali dengan meningkatkan kualitas pendidikan setiap individu muslim, yaitu dimulai dengan mmbaca.

2.    Memangun Budaya Penelitian dan Forum Kajian Ilmiah.
      Konsep yang kedua ini adalah merupakan implementasi dari konsep membaca. Konsep ini berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat lapangan yang didasarkan pada kajian pustaka (kajian teori). Setelah beberapa orang peneliti melakukan sebuah kajian pustaka dan meletakkan dasar dari sebuah teori dalam lapangan penelitian, ditambah dengan adanya forum kajian ilmiah, konsorsium, seminar dan sebagainya, maka sebuah disiplin ilmu akan lebih bersifat kebenaran. Konsep yang kedua ini bisa dipandang sebagai konsep pemersatu umat dan tradisi untuk mencapai kepada tujuan Islam diturunkan ke muka bumi, yaitu sebagai jawaban atas pertanyaan baik pemikiran klasik hingga modern, bahkan postmodernisme sekalipun ( Islam sebagai rahmatan lil’alamin).

     3.    Tradisi Budaya Menterjemahkan Litelatur dari Eropa dan Barat
      Literatur yang diterjemahkan adalah buku-buku para pemikir (filosof) barat terutama Yunani yang kemudian hasil dari buah pemikiran mereka disempurnakan dengan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits, sehingga melahirkan para pemikir muslim yang bukan hanya dikenal dikalangan muslim saja namun buah pemikiran mereka diakui dalam dunia Eropa maupun Barat. Yang perlu dicatat bahwa buah dari pemikir- pemikir Ilmuwan Eropa dan Barat sudah selangkah lebih maju dengan berbagai macam konsep dan teori yang dibuktikan dengan banyaknya literatur dari Eropa dan Barat yang dipakai di berbagai forum kajian ilmiah. [7]

      Semoga tulisan saya ini bisa membantu temen-temen semuanya, kalo temen-temen mau nanya soal materi-materi lain, komen aja dibawah dan saya akan bantu sebisa mungkin. Terimakasih

Untuk materi dalam bentuk makalah lengkapnya, bisa klik disini!
Filsafat Ilmu "Tradisi Keilmuan Islam"

0 comments:

Post a Comment