Thursday, December 31, 2020

Filsafat Ilmu - Konsep Ilmu dalam Islam I

 


      Kerusakan ilmu saat ini sedang menimpa umat Islam Indonesia, di lembaga pendidikan umum terjadi ignorance (kebodohan) terhadap ilmu agama, banyak sekali sarjana-sarjana dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu yang tidak bisa membaca Al-Qur’an atau memahami ajaran-ajaran pokok agamanya. Pemisahan nilai-nilai ketuhanan dari setiap ilmu yang dipelajari telah menyebabkan anak didik sekuler dari nilai-nilai agamanya.

      Sementara itu, dilembaga pendidikan Islam terjadi confusion (kekacauan) dalam ilmu-ilmu agama, gejalanya sudah menyebar apa yang disebut oleh Syamsuddin Arif sebagai “kanker epistemologis”. Gejala dari orang yang mengidap kanker ini salah satunya suka berkata “kebenaran itu relatif”, “agama itu mutlak, sedang pemikiran keagamaan relatif”, atau “semua agama benar dalam posisi dan porsinya masing-masing”.

      Gejala kanker epistemologis seperti disebutkan diatas saat ini menjadi kurikulum utama dilembaga pendidikan islam, disekolah-sekolah ditanamkan apa yang disebut dengan pendidikan multikulturalisme. Misi utamanya menanamkan keyakinan bahwa Islam bukan satu-satunya agama yang benar. Keyakinan bahwa kebenaran ada pada semua agama, konsekuensinya adalah dibenarkan pula pernikahan antar agama, mengucapkan selamat natal kepada pemeluk Kristen, do’a bersama antar agama, atau merayakan hari raya agama lain yang kemudian dikodifikasikan menjadi Fiqh Lintas Agama.

      Fakta seperti ini menuntut kita untuk mengkaji ulang konsep ilmu dalam Islam; bagaimana kedudukannya, konsep finalitas kebenarannya, sumber-sumbernya, klasifikasinya, dan hierarkinya. Sehingga diharapkan dapat tergambar dengan jelas seperti apa sebenarnya ilmu yang harus dipelajari dan bagaimana mengaplikasikannya.


Gambar oleh <a href="https://pixabay.com/id/users/alexas_fotos

Ilmu dalam Ajaran dan Peradaban Islam

      Sebagai bukti lain bahwa Islam memerangi sofisme, Islam mewajibkan pencarian ilmu pengetahuan. Nabi Muhammad saw menegaskan dalam sebuah hadits yang terkenal
 Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim

      Ilmu menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, penekanan kepada ilmu dalam ajaran Islam sangat jelas terlihat dalam Al-Qur’an, Sunnah Nabi saw, dan ajaran semua tokoh Islam dari dulu sampai sekarang. Diantara paling utama adalah surah Al-A’laq ayat 1-5:


“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

      Al-Qur’an menegaskan bahwa sangat berbeda sekali antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui.
Az-Zumar ayat 9
"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran."

      Orang-orang yang berilmu dan menyibukkan dirinya dalam majelis-majelis keilmuan, tentunya disamping juga mereka beriman dalam penilaian Allah swt memiliki derajat yang sangat terhormat.

      Secara khusus Nabi saw juga menjamin bahwa orang yang berilmu dan ilmunya tersebut bermanfaat bagi orang lain, maka pahalanya akan terus mengalir walau orang yang bersangkutan telah meninggal dunia.

Gambar oleh <a href="https://pixabay.com/id/users/sponchia

Budaya Ilmu Universal
      Wan Mohd Nor Wan Daud menjelaskan bahwa budaya ilmu yang lahir ditengah masyarakat Muslim tidak hanya memerhatikan kaidah deduktif saja tetapi juga kaidah induktif. 
“yang penting ialah budaya ilmu dalam Islam bukan sahaja memberikan penumpuan kepada kaedah deduktif yang bertolak dari pada prinsip Al-Qur’an, Sunnah, dan akal sehat, tetapi juga kaedah induktif yang mementingkan fakta kejadian alam semesta serta pengalaman manusia dalam sejarah atau dalam dirinya.”

      Allah swt lah yang mengajarkan kepada manusia apa yang semula tidak diketahuinya, ini berarti bahwa setiap yang berasal dari Allah swt baik yang tertuang dalam Al-Qur’an atau Sunnah adalah ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, disinilah posisi kaidah deduktif ilmu dalam Islam berlaku.

      Dalam wahyu pertama Allah memerintahkan manusia untuk mencari ilmu lewat membaca seraya mengajak manusia merenungkan dan memikirkan fenomena alam, psikologi manusia dan sejarah. Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan aspek keagamaan dikenal dengan sebutan al-ulumus syar’iyyah, menurut al-Faruqi ilmu-ilmu yang termasuk dalam kategori ini adalah ilmu bahasa, Al-Qur’an, Hadits, dan Syari’at. Ilmu Al-Qur’an berkisar pada teks firman Allah – verba, tata bahasa, sintaks, dan leksikologinya, ilmu hadits berkenaan dengan sunnah Nabi Muhammad saw sebagai penjelas, teladan, dan perwujudan makna Al-Qur’an, ilmu syari’at berupaya menentukan perintah-perintah Islam dan menerjemahkannya kedalam perundang-undangan.

0 comments:

Post a Comment