Untuk memenuhi kebutuhan tembakau Kentucky produk Van Nelle setiap tahunnya perlu mengadakan pemesanan bahan dalam waktu yang tepat sehingga dapat diperoleh biaya yang minimal. Dari perhitungan jumlah pemesanan dan total biaya persediaan dengan menggunakan model EOQ dan model JIT/EOQ mempunyai nilai yang tidak sama dimana model JIT/EOQ lebih hemat dibandingkan dengan model EOQ, dari segi biaya model JIT/EOQ lebih minimal. Untuk mengoptimal model JIT/EOQ dari segi delivery, jika perusahaan mengoptimalkan jumlah pemesanan sesuai dengan target persediaan (a) adalah 600 setiap bulannya maka dapat menghemat biaya persediaan tiap tahun dari jumlah pemesanan dengan model EOQ. Tetapi jika perusahaan dalam mengoptimalkan jumlah pemesanan sesuai dengan kapasitas persediaan maksimum (m) adalah 1000 setiap bulannya maka biaya persediaan per tahun lebih minimal dari jumlah pemesanan berdasarkan number delivery pada model JIT/EOQ. Hal ini menunjukkan bahwa model JIT/EOQ sangat optimal baik dari segi jumlah pemesanan, waktu pemesanan. dan total biaya persediaan.
Perbandingan Model EOQ dan Model JIT/EOQ
KETERANGAN | MODEL EOQ | MODEL JIT/EOQ | ||
n = 5 | Kapasitas Persediaan m = 1000 | Target Persediaan a = 600 | ||
Kebutuhan/Tahun | 71.414 | 71.414 | 71.414 | 71.414 |
Biaya (T*) | 68 Milyar | 30 Milyar | 28 Milyar | 34 Milyar |
Jumlah Pemesanan(Q*) | 2465 | 5512 | 6038 | 4930 |
Jumlah Pengiriman(q) | 1102 | 1006 | 1232 | |
Number Delivery (n) | 5 | 6 | 4 | |
Frekuensi Pemesanan | 28 | 13 | 12 | 14 |
3. Klasifikasi ABC dalam Persediaan
Pengendalian persediaan dapat dilakukan dalam berbagai cara, antara lain dengan menggunakan analisis nilai persediaan. Dalam analisis ini, persediaan dibedakan berdasarkan nilai investasi yang terpakai dalam satu periode. Biasanya, persediaan dibedakan dalam tiga kelas, yaitu A, B, dan C berdasarkan atas nilai persediaan. Yang dimaksud dengan nilai dalam klasifikasi ABC bukan harga persediaan per unit, melainkan volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode (biasanya satu tahun) dikalikan dengan harga per unit.
Kriteria masing-masing kelas dalam klasifikasi ABC, sebagai berikut :
- Kelas A – Persediaan yang memiliki volume tahunan rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili sekitar 70% dari total persediaan, meskipun jumlahnya hanya sedikit, biasa hanya 20% dari seluruh item. Persediaan yang termasuk dalam kelas ini memerlukan perhatian yang tinggi dalam pengadaannya karena dalam kelas ini memerlukan perhatian tinggi dalam pengadaannya karena berdampak biaya yang tinggi. Pengawasan harus dilakukan secara intensif.
- Kelas B – Persediaan dengan nilai volume tahunan rupiah yang menengah. Kelompok ini mewakili sekitar 20% dari total nilai persediaan tahunan, dan sekitar 30% dari jumlah item. Di sini diperlukan teknik pengendalian yang moderat.
- Kelas C – Barang yang nilai volume tahunan rupiahnya rendah, yang mewakili sekitar 10% dari total nilai persediaan, tetapi terdiri dari sekitar 50% dari jumlah item persediaan. Di sini diperlukan teknik pengendalian yang sederhana, pengendalian hanya dilakukan sesekali saja.
Nilai persentase di atas tidak mutlak, namun tergantung dari kebijakan perusahaan. Demikian pula jumlah kelas, tidakterbatas pada tiga kelas, tetapi dapat dilakukan untuk lebih dari tiga kelas atau kurang.
B. Perhitungan Manajemen Piutang
Contoh perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang PT.ABC:
2002 = (Piutang Awal Tahun + Piutang Akhir Tahun)/2
= (Rp 20.000 + Rp 30.000)/2
= Rp 25.000
2003 = (Piutang Awal Tahun + Piutang Akhir Tahun)/2
= (Rp 30.000 + Rp 10.000)/2
= Rp 20.000
2. Receivable Turnover (Perputaran Piutang)
2002 = Penjualan Bersih / Rata-Rata Piutang
= Rp 100.000 / Rp 25.000
= 4 Kali
2003 = Penjualan Bersih / Rata-Rata Piutang
= Rp 100.000 / Rp 20.000
= 5 Kali
3. Average Collection Period (Rata-Rata Pengumpulan Piutang)
2002 = Penjualan Bersih / Perputaran Piutang
= Rp 100.000 / 4 kali
= 25.000 Hari
2003 = Penjualan Bersih / Perputaran Piutang
= Rp 100.000 / 5 kali
= 20.000 Hari
0 comments:
Post a Comment