Saturday, January 9, 2021

Filsafat Ilmu - Ilmu dan Adab dalam Islam I

 



Pendahuluan
      Masalah mendasar yang sedang dihadapi umat sekarang ini adalah masalah ilmu dana dab, ilmu sudah mulai dijauhkan, bahkan dihilangkan dari nilai-nilai adab, akibatnya terjadilah suatu keadaan yang oleh al-Attas disebut the loss of adab. Efek buruk dari fenomena ini adalah terjadinya kebingungan dan kekeliruan persepsi mengenai ilmu pengetahuan, yang selanjutnya menciptakan ketiadaan adab dari masyarakat. Hasil akhirnya adalah ditandai dengan lahirnya para pemimpin yang bukan saja tidak layak memimpin umat, malainkan juga tidak memiliki akhlak yang luhur

Ilmu dan Adab
      Ilmu dan adab adalah dua hal yang saling terintegrasi, keduanya ibarat sebuah koin yang tak terpisahkan dan kebermaknaan yang satu tergantung pada yang lainnya. Ilmu tanpa adab ibarat pohon tanpa buah, adab tanpa ilmu ibarat orang yang berjalan tanpa petunjuk arah. Berilmu tanpa adab adalah dimurkai, sementara beradab tanpa ilmu adalah kesesatan

Thaahaa ayat 114
Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan".

      Rasulullah saw senantiasa istiqamah melantunkan do’a ilmu nafi’ yakni ilmu yang bermanfaat, sebagaimana berikut: “Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw senantiasa membaca do’a: “ya Allah berikanlah manfaat terhadap apa yang telah engkau ajarkan kepadaku, dan ajari aku apa yang bermanfaat bagiku, dan tambahilah aku ilmu. Segala puji hanya milikmu atas segala keadaan dan aku berlindung dari perilaku ahli neraka.” (HR. Tirmidzi dan Bazzar)

      Ilmu nafi’ akan mendatangkan iman, realisasi iman akan membawa pada amal saleh, integrasi keduanya akan membawa ke jalan yang lurus (sirath mustaqim), dengan demikian bila ilmu didapat tetapi tidak diikuti dengan amal saleh, bias digolongkan kepada ilmu yang tidak bermanfaat.

      Ilmu yang bermanfaat akan mendatangkan rasa takut kepada Allah sehingga dapat mendekatkan pemiliknya kepada Allah swt, dan pemiliknya disebut alim atau ulama. Hal ini sesuai dengan firmannya dalam surah al-Fathir ayat 28, berikut:

"Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."

      Tauhid mewajibkan wujudnya iman. Barangsiapa tidak beriman, ia tidak bertauhid; dan iman mewajibkan syariat, maka barangsiapa yang tidak ada syariat padanya, ia tidak memiliki iman dan tidak bertauhid; dan syariat mewajibkan adanya adab; maka barangsiapa yang tidak beradab, tiada syariat, tiada iman, dan tiada tauhid padanya.

      Para ulama salaf terdorong untuk melahirkan karya-karya abadi tentang ilmu dan adab, yang dari kajiannya tersebut dapat disimpulkan bahwa adab memiliki peran sentral dalam dunia pendidikan, tanpa adab dunia pendidikan berjalan tanpa ruh dan makna. Lebih dari itu, salah satu penyebab utama hilangnya keberkahan dalam dunia pendidikan adalah kurangnya perhatian civitas akademikanya dalam masalah adab

      Ibn Jama’ah mengatakan, “Mengamalkan satu bab adab itu lebih baik daripada tujuh puluh bab ilmu yang hanya sekedar dijadikan sebagai pengetahuan.”

0 comments:

Post a Comment