Pendahuluan
Pendekatan Ilmiah Barat muncul dimasa pencerahan, di abad pertengahan wahyu kristiani belum mengalami perubahan, wahyu kristiani saat itu dianggap final, semua agama selain Kristen merupakan penyimpangan dan sesat, sementara Katolik mengeluarkan sikap Extra Ecclesiam nulla Salus artinya tidak ada keselamatan diluar gereja, Protestan menegaskan sikap Extra Christos nulla Salus artinya tidak ada keselamatan diluar Kristus, Bibel dianggap oleh Katolik dan Protestan sebagai perkataan Tuhan.
Pembahasan
Namun, “masa keemasan Kristen di Abad Pertengahan” diganti oleh masa nalar kritis. Masa ini muncul kurang lebih diakhir dekade abad ketujuh belas hingga akhir abad kedelapan belas. Periode ini disebut Masa Pencerahan.
Nalar Kritis memberikan guncangan yang hebat bagi fondasi Kristen, ajaran-ajaran Kristen tentang keberadaan manusia, peran Tuhan dialam semesta, dasar-dasar moralitas, dan keshahihan Bibel sebagai wahyu Tuhan mulai dipertanyakan, dan pada saat yang sama peran Tuhan Kristen dialam semesta ditolak.
Jika wahyu Kristen telah ditutup di Abad Pertengahan, hal itu kembali dibuka di Masa Pencerahan, singkatnya, akibat pengaruh nalar kritis, worldview Kristen berubah, jika worldview Kristen di Abad Pertengahan dicirikan dengan wahyu tertutup dan final, worldview modern Kristen dicirikan dengan nalar kritis dan wahyu terbuka, akibatnya Theos tidak lagi menjadi pusat teologi Kristen sebagaimana dulu di masa Abad Pertengahan karena sudah digantikan oleh Anthropos.
Periode pencerahan setidaknya memiliki tiga pengaruh pada religionswissenschaft: (1) penekanan pada nalar perorangan yang membawa pada perumusan teori yang subjektif tentang agama; (2) ketertarikan pada dunia yang objektif dan membawa pada studi fenomenologis agama, dan (3) penekanan kesejahteraan dalam arti studi asal mula dan perkembangan sejarah agama-agama, yang merupakan warisan Romantisisme Jerman.
Dengan mendapat pengaruh nalar kritis, Friedrich Max Muller (1823-1900) memelopori studi ilmiah agama-agama. Pandangannya membawa pada garis pemisah antara studi apologetik dan ilmiah dalam studi agama. Dalam pandangannya studi agama tidak lagi ditentukan oleh sudut pandang teologis dan ideologis, baginya yang menentukan adalah aturan umum kemanusiaan dan sains sosial.
0 comments:
Post a Comment